Sabtu, 21 Mei 2011

AGROBISNIS


Ø Dilihat dari keterikatannya dalam aktivitas ekonomi, sektor ekonomi berbasis pertanian sebagai kluster ekonomi atau sistem agribisnis dapat dijadikan acuan dalam menentukan langkah-langkah strategis dan kebijakan yang menunjangnya.
Ø Agribisnis adalah suatu rangkaian sistem usaha berbasis pertanian dan sumberdaya lain, yang mencakup industri hulu pertanian (up-stream agribusiness), pertanian primer (on-farm agribusiness), industri hilir pertanian (down-stream agribusiness) dan sektor penyedia jasa pada industri hulu pertanian, pertanian primer dan industri hilir pertanian.
Ø Sektor agribisnis memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian nasional bagi pembentukan pendapatan domestik bruto (PDB) yakni pada tahun 1998 sekitar 52,49 persen.
Ø Agribisnis khususnya agroindustri memiliki angka pengganda pendapatan yang relatif besar yakni 2,05. Kemampuan agribisnis yang demikian menunjukkan bahwa sistem agribisnis menjadi penghela perekonomian secara keseluruhan.
Ø Sistem agribisnis juga merupakan sektor ekonomi terbesar dalam menyerap tenaga kerja. Sekitar 73 persen dari total angkatan kerja yang bekerja di Indonesia, bekerja pada bidang agribisnis.
Ø Sistem agribisnis khususnya agroindustri juga memiliki angka pengganda tenaga kerja sebesar 5,6. Hal ini berarti untuk mengatasi pengangguran yang begitu besar pada saat ini, dapat dilakukan dengan memacu pertumbuhan sistem agribisnis.
Ø Sektor agribisnis memberi kontribusi relatif besar pada perolehan devisa bagi negara. Sekitar 56,51 persen dari total ekspor Indonesia berasal dari ekspor produk agribisnis, baik dalam bentuk produk agribisnis hulu, produk pertanian primer maupun produk olahan.
Ø Sektor agribisnis memiliki peranan dan penyumbang terbesar dalam ketahanan pangan (food security) dan kemandirian pangan nasional, yang erat kaitannya dengan ketahanan/kestabilan ekonomi (economic stability) dan keamanan sosial politik (national security). Ketahanan pangan merupakan syarat mutlak terlaksananya pembangunan di segala bidang.
Ø Pembangunan sistem agribisnis berarti juga dapat meningkatkan percepatan pembangunan ekonomi daerah yang juga dapat sekaligus mengentaskan kemiskinan.
Ø Tanpa membangun keseluruhan sistem agribisnis mustahil pertanian dan nasib petani dapat terangkat. Aktivitas produksi mempunyai kaitan sebab akibat dengan permintaan di sektor hilir terhadap produk yang dihasilkan dan penawaran (supply) bahan baku yang disediakan oleh pelaku ekonomi di sektor hulu. Aktivitas ekonomi hanya terjadi akibat adanya insentif berupa keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing pelaku.
Sumber :
Materi Kuliah Perdana Program Magister Agribisnis Universitas Padjadjaran, Bandung.
Memed Gunawan, 2003. Agribisnis sebagai Dasar Pengembangan Ekonomi Nasional Sekarang dan Mendatang.

Senin, 02 Mei 2011

AGROBISNIS

Ø Dilihat dari keterikatannya dalam aktivitas ekonomi, sektor ekonomi berbasis pertanian sebagai kluster ekonomi atau sistem agribisnis dapat dijadikan acuan dalam menentukan langkah-langkah strategis dan kebijakan yang menunjangnya.
Ø Agribisnis adalah suatu rangkaian sistem usaha berbasis pertanian dan sumberdaya lain, yang mencakup industri hulu pertanian (up-stream agribusiness), pertanian primer (on-farm agribusiness), industri hilir pertanian (down-stream agribusiness) dan sektor penyedia jasa pada industri hulu pertanian, pertanian primer dan industri hilir pertanian.
Ø Sektor agribisnis memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian nasional bagi pembentukan pendapatan domestik bruto (PDB) yakni pada tahun 1998 sekitar 52,49 persen.
Ø Agribisnis khususnya agroindustri memiliki angka pengganda pendapatan yang relatif besar yakni 2,05. Kemampuan agribisnis yang demikian menunjukkan bahwa sistem agribisnis menjadi penghela perekonomian secara keseluruhan.
Ø Sistem agribisnis juga merupakan sektor ekonomi terbesar dalam menyerap tenaga kerja. Sekitar 73 persen dari total angkatan kerja yang bekerja di Indonesia, bekerja pada bidang agribisnis.
Ø Sistem agribisnis khususnya agroindustri juga memiliki angka pengganda tenaga kerja sebesar 5,6. Hal ini berarti untuk mengatasi pengangguran yang begitu besar pada saat ini, dapat dilakukan dengan memacu pertumbuhan sistem agribisnis.
Ø Sektor agribisnis memberi kontribusi relatif besar pada perolehan devisa bagi negara. Sekitar 56,51 persen dari total ekspor Indonesia berasal dari ekspor produk agribisnis, baik dalam bentuk produk agribisnis hulu, produk pertanian primer maupun produk olahan.
Ø Sektor agribisnis memiliki peranan dan penyumbang terbesar dalam ketahanan pangan (food security) dan kemandirian pangan nasional, yang erat kaitannya dengan ketahanan/kestabilan ekonomi (economic stability) dan keamanan sosial politik (national security). Ketahanan pangan merupakan syarat mutlak terlaksananya pembangunan di segala bidang.
Ø Pembangunan sistem agribisnis berarti juga dapat meningkatkan percepatan pembangunan ekonomi daerah yang juga dapat sekaligus mengentaskan kemiskinan.
Ø Tanpa membangun keseluruhan sistem agribisnis mustahil pertanian dan nasib petani dapat terangkat. Aktivitas produksi mempunyai kaitan sebab akibat dengan permintaan di sektor hilir terhadap produk yang dihasilkan dan penawaran (supply) bahan baku yang disediakan oleh pelaku ekonomi di sektor hulu. Aktivitas ekonomi hanya terjadi akibat adanya insentif berupa keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing pelaku.
Sumber :
Materi Kuliah Perdana Program Magister Agribisnis Universitas Padjadjaran, Bandung.
Memed Gunawan, 2003. Agribisnis sebagai Dasar Pengembangan Ekonomi Nasional Sekarang dan Mendatang.

AGROINDUSTRI


Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian. Definisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut.

Dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian. Apabila dilihat dari sistem agribisnis, agroindustri merupakan bagian (subsistem) agribisnis yang memproses dan mentranformasikan bahan-bahan hasil pertanian (bahan makanan, kayu dan serat) menjadi barang-barang setengah jadi yang langsung dapat dikonsumsi dan barang atau bahan hasil produksi industri yang digunakan dalam proses produksi seperti traktor, pupuk, pestisida, mesin pertanian dan lain-lain.

Dari batasan diatas, agroindustri merupakan sub sektor yang luas yang meliputi industri hulu sektor pertanian sampai dengan industri hilir. Industri hulu adalah industri yang memproduksi alat-alat dan mesin pertanian serta industri sarana produksi yang digunakan dalam proses budidaya pertanian. Sedangkan industri hilir merupakan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku atau barang yang siap dikonsumsi atau merupakan industri pascapanen dan pengolahan hasil pertanian.

Dalam kerangka pembangunan pertanian, agroindustri merupakan penggerak utama perkembangan sektor pertanian, terlebih dalam masa yang akan datang posisi pertanian merupakan sektor andalan dalam pembangunan nasional sehingga peranan agroindustri akan semakin besar. Dengan kata lain, dalam upaya mewujudkan sektor pertanian yang tangguh, maju dan efisien sehingga mampu menjadi leading sector dalam pembangunan nasional, harus ditunjang melalui pengembangan agroindustri, menuju agroindustri yang tangguh, maju serta efisien.

Strategi pengembangan agroindustri yang dapat ditempuh harus disesuaikan dengan karakteristik dan permasalahan agroindustri yang bersangkutan. Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan agroindustri adalah: (a) sifat produk pertanian yang mudah rusak dan bulky sehingga diperlukan teknologi pengemasan dan transportasi yang mampu mengatasi masalah tersebut; (b) sebagian besar produk pertanian bersifat musiman dan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim sehingga aspek kontinuitas produksi agroindustri menjadi tidak terjamin; (c) kualitas produk pertanian dan agroindustri yang dihasilkan pada umumnya masih rendah sehingga mengalami kesulitan dalam persaingan pasar baik didalam negeri maupun di pasar internasional; dan (d) sebagian besar industri berskala kecil dengan teknologi yang rendah.

Efek multiplier yang ditimbulkan dari pengembangan agroindustri meliputi semua industri dari hulu sampai pada industri hilir. Hal ini disebabkan karena karakteristik dari agroindustri yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan industri lainnya, antara lain: (a) memiliki keterkaitan yang kuat baik dengan industri hulunya maupun ke industri hilir, (b) menggunakan sumberdaya alam yang ada dan dapat diperbaharui, (c) mampu memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif baik di pasar internasional maupun di pasar domestik, (d) dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah besar, (e) produk agroindustri pada umumnya bersifat cukup elastis sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang berdampak semakin luasnya pasar khususnya pasar domestik.

Jadi, secara garis besar agroindustri dapat digolongkan menjadi 4 (empat) yang meliputi: pertama, agroindustri pengolahan hasil pertanian; kedua, agroindustri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian; ketiga, agroindustri input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain) dan keempat, agroindustri jasa sektor pertanian (supporting services).